Dari semua tempat yang pernah aku kunjungi desa ini yang
paling bikin rindu untuk terus kembali.
Berasa ada magnet yang begitu kuat menyedotku untuk terus kembali ke tempat
ini. Aku jatuh cinta pada desa ini sejak kali pertama menginjakkan kaki di sini
pada bulan April yang lalu dan dalam tahun 2016 susudah tiga kali aku
mengunjunginya. Meski perjalanan yang akan aku lalui menuju desa Lubuk Bigau
tidaklah mudah, mengingat insfrastuktur menuju tempat keren itu masih berupa
jalan tanah. Jika musim hujan jalannya tak ubahnya seperti kubangan dan jika
musim kemarau maka bermandi debu lah sepanjang perjalanan. Namun keinginan
untuk terus menyambanginya tidak pernah surut.
taman baca mini desa Lubuk Bigau |
Aku jatuh cinta pada keindahan alam yang Allah titipkan pada
desa itu, desa ini memiliki air terjun tertinggi nomor empat di Indonesia. Aku
selalu rindu dengan keriangan anak-anak desa yang tak pernah mengeluh mengapa
listrik, jaringan telephone, jalan yang rusak, fasilitas pendidikan dan
kesehatan yang seadanya saja di desa mereka.
Aku sayang pada setiap warga desa yang ramah dan penuh kehangatan.
Kali pertama ke Lubuk Bigau niatnya emang buat traveling
doang ke air terjun Batang Kapas, air terjun nomor tiga tertinggi di Sumatera.
Aku berangkat dengan ponakan dan kakak. Kali kedua bareng teman-teman bloger kota Pekanbaru,
misinya untuk promosiin objek wisata nya. Meski pergi dengan orang yang berbeda
kebahagian bisa kembali ke desa itu tak berkurang dan keinginan untuk kembali
lagi tetaplah sama.
Ketika Arika Harmon
ketua pemuda nya mengajakku untuk kembali kesana, aku tidak berpikir untuk
menjawabnya langsung bilang iya ajah.
Tujuan kali ini bukanlah untuk menyambangi air terjun yang keren itu,namun
untuk menghadiri pernikahan adiknya. Sampai di Lubuk Bigau ternyata acara
pernikahan itu baru akan dilaksanakan pada malam senin, padahal sebelumnya aku
dapat beritanya pernikahan akan berlangsung pada malam ahad. Jadi dari pada
bengong cantik maka aku dan Arika ngajak adek-adek di Lubuk Bigau untuk camping
ala- ala. Setelah pada malam ahadnya udah dibentuk pengurus perpustakaan yang
sedang kita rintis di sana. Unik nya semua pengurus perpustakaannya masih
sangat belia, mereka masih duduk di bangku kelas lima SD. kenapa camping ala-ala? Karena campingnya
hanya setengah hari doang meskipun begitu kita tetap bawa tenda dan peralatan
camping lainnya. Adek adek nya senang banget, aku terharu liat semangat dan
kecerian mereka. Sesederhana itu
ternyata untuk bikin mereka bahagia.
Untuk acara perdana tersebut aku dan Arika mengajak adek-adek itu membuat tim, memasang dan membuka tenda,
belajar untuk bekerjasama, berbagi
tugas, saling menolong dan bertanggungjawab pada tugas masing-masing. reaksi mereka sangat antusias mengikuti
kegiatan itu meskipun waktunya singkat.
Ke depannya kita berupaya untuk terus mengedukasi adek-adek yang ada disana semaksimal yang
kita bisa.
So jika teman-teman berniat untuk melihat keindahan air
terjun Batang Kapas, alangkah indahnya jika mau membawakan oleh-oleh berupa
buku untuk mereka. Tak perlu buku baru yang bekaspun tak masalah selama
kondisinya masih bagus, namun buku baru akan lebih baik. Karena hidup ini
terlalu singkat untuk kita menikmati seorang diri, jadi jika kita bisa bahagia bareng-bareng ngapain
coba bahagianya sendiri ajah….
Jagalah kebersihan air terjun batang kapas agar bisa terus
dinikmati generasi-gerenasi negeri ini, tahan tangan untuk membuang sampah
sembarangan, tahan keinginan untuk mencoret-coret bebatuan dan cerukan yang
ada, cukuplah kenangan yang tersimpan dalam ingatan, rekaman video dan foto
yang dibawa tak perlu merusak apa yang sudah ada. Allah anugerahi keindahan,
kewajiban kita untuk merawatnya….
ihhh hebat kali mamakku ini. Doakan ya mak tabungfanku bv anyak biar bisa main sekaligus sumbang buku buat adek2 disana
BalasHapusrajin rajin ko nabung Bet muhamad septian wijaya, biar kita bisa ke sini bareng bareng
HapusMantap tulisannya kk. Setidaknya mengobati rindu saya pada desa Lubuk Bigau dan sekitarnya.
BalasHapus